Angka Prevalensi Stunting Balikpapan Masih di Bawah Nasional dan Kaltim,Ini Upaya Walikota Balikpapan.

Angka prevalensi stunting di Balikpapan mengalami peningkatan 2 persen dari 17,5 persen atau 70 balita di tahun 2021 menjadi 19,6 persen atau 124 balita di tahun 2022.

Angka Prevalensi Stunting Balikpapan Masih di Bawah Nasional dan Kaltim,Ini Upaya Walikota Balikpapan.
Terdapat tiga penyakit yaitu jantung, TBC, dan kemungkinan juga ada kelainan pada perkembangan.

balikpapan.co.id , BALIKPAPAN- Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas'ud menjadikan masalah penurunan angka prevalensi stunting di balikpapan sebagai salah satu fokus utama kebijakannya.

Dibeberkan orang nomor satu di Balikpapan tersebut angka prevalensi stunting di Balikpapan mengalami peningkatan 2 persen dari 17,5 persen atau 70 balita di tahun 2021 menjadi 19,6 persen atau 124 balita di tahun 2022.

Paparan ini disampaikannya kepada tim Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak pada verifikasi lapangan hybrid Kota Layak Anak Jumat (26/5) lalu.

“Prevalensi stunting di Balikpapan masih dibawah angka prevalensi stunting nasional dan provinsi, untuk itu kami melakukan berbagai upaya guna menurunkan angka tersebut,” jelas Rahmad.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan pun melakukan kegiatan pemeriksaan lanjutan bagi balita stunting dan gizi buruk di Puskesmas Klandasan Ilir sebagai tindak lanjut untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Balikpapan.

Dikatakan dr.Hittoh Fattory, SpA,Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Kalimantan Timur, kegiatan berupa pemeriksaan merupakan tindak lanjut laporan dari Posyandu kepada Puskesmas.

"Setelah menerima hasil pemeriksaan dari posyandu, Puskesmas yang akan menindaklanjuti. Dimana nanti akan dilihat apa penyebab dari kekurangan gizi pendek pada anak kemudian akan ditindaklanjuti," jelas dr. Hittoh yang dikutip dari akun Instagram (IG)@dinkes_balikpapan.

Menurut Hittoh dari beberapa pemeriksaan pasien pada Kamis lalu, yang menonjol terdapat tiga penyakit yaitu jantung, TBC, dan kemungkinan juga ada kelainan pada perkembangannya.

“Tentunya hasil pemeriksaan akan diberikan masukan kepada puskesmas untuk ditindaklanjuti, seperti penyakit TBC pengobatannya nanti akan ditindaklanjuti dengan program TBC di Puskesmas atau dikordinasikan dengan dokter anak di rumah sakit,” ujarnya.

Begitu juga pada pasien dengan penyakit jantung nanti akan berkordinasi dengan dokter anak untuk membuat rujukan dan konsultasikan ke dokter jantung anak.

“Program yang dilaksanakan ini dengan tujuan agar masyarakat terutama balita Indonesia khususnya di Kota Balikpapan dapat tumbuh kembang secara optimal,”pungkasnya.