Orde Ordi Bagaimana Masa Depan Kutim?

Ordiansyah Tarlan melakukan terobosan baru dalam mengubah wajah politik yang selama ini dikenal monoton dan di isi oleh generasi tua. Saat ini Ordi merangkul generasi muda, sehingga harapannya generasi muda ini bisa berkolaborasi dengan generasi tua dalam memiliki pandangan untuk memajukan Kutai Timur.

Orde Ordi  Bagaimana Masa Depan Kutim?
Kutim perlu pemimpin yang bisa mengayomi dan memiliki kompetensi, karena Kutim sedang membangun dan masih bersandar pada sumber daya alam, belum lagi kondisi masyarakatnya yang multi etnis, jadi perlu gagasan baru pembangunan pasca tambang,

balikpapantv.co.id, BALIKPAPAN- Ordiansyah Tarlan  atau biasa disapa Ordi, mulai dikenal banyak orang setelah ikut dalam pilkada Kutai Timur di tahun 2015 yang lalu.Dengan pengalamannya di dunia politik, saat ini Ordi diberikan kepercayaan untuk menahkhodai DPC Demokrat Kutai Timur. 

Bagaimana Politik Ala Ordi?

Ordi dianggap mampu memberikan nafas baru di tubuh partai berlambang bintang mercy tersebut dengan menggaet kaum milenial. Ini salah satu strategi lelaki kelahiran 8 Oktober 1966 ini, semenjak dia memimpin DPC Demokrat Kutai Timur tahun 2022 lalu.

“ Saat ini kelompok muda yang produktif memiliki prosentase sekitar 60 sampai dengan 70 persen, maka dengan menggaet mereka juga bisa untuk melakukan proses kaderisasi kedepannya untuk partai Demokrat,”  kata Ordi dalam pesan singkat Whatsapp, Rabu (24/5).

Lanjutnya generasi muda yang masuk dalam partai Demokrat Kutai Timur nantinya juga disiapkan untuk bisa menjadi wakil rakyat sehingga nantinya mereka bisa mengerti apa yang harus dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat, hal ini di tekankan oleh Ordi sesuai dengan visi misi partai besutan AHY.

Ketika ditanya apa resepnya untuk memimpin sebuah partai politik. Lebih lanjut alumni Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) ini mengatakan upaya terobosan itu adalah harus mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan kesempatan yang luas bagi kaum muda untuk duduk di jabatan penting dalam kepengurusan partainya.

“ Dengan kewenangan anggota DPR RI dan DPRD kita berikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dengan cara datang langsung ke rumah masyarakat dan berikan kesempatan yang luas bagi generasi muda dalam politik,” kata Ordi, yang dulu dikenal pernah berpasangan dengan mendiang Noorbaiti Isran Noor dalam pilkada Kutai Timur tahun 2015 yang lalu.

Perubahan?

Arif salah satu pemuda yang saya sempat wawancarai bulan Mei lalu beranggapan dengan memberikan ruang kepada mantan pecandu narkoba sebagai bentuk langkah perubahan yang dilakukan oleh Ordi dan Demokrat Kutai Timur.

Dia menyebut dengan pendekatan seperti itu para mantan pecandu narkoba diberi ruang diterima di tengah masyarakat kembali.

Cara Ordi membangun rasa kepercayaan diri para mantan pecandu agaknya masih jarang dilakukan oleh seorang elite politik.

“ Mereka adalah bagian dari masyarakat juga,utamanya masyarakat yang harus dilahirkan kembali kepercayaan dirinya dan semangatnya,” kata Ordi.

Namun menurutnya apa yang coba dilakukannya bukan berarti dirinya sudah melakukan perubahan besar bagi masyarakat.

“Saya dan yang lain hanya melakukan hal kecil yang diharapkan bisa memberi perubahan besar di masyarakat, dengan cara memberikan mereka ruang dan waktu, saya pribadi berharap secara otomatis mereka bisa menyadarkan pecandu narkoba lainnya,” tandasnya.

“Saya setuju dengan program pemerintah daerah untuk menyelamatkan generasi muda dari narkoba, tetapi kita sebagai elite politik juga harus melakukan gerakan secara nyata meskipun itu gerakan kecil tapi realisitis,” jelas Ordi. 

Ordi dan Churchill Mining

Sepuluh tahun lalu tepatnya tahun 2013, Pemkab Kutai Timur pernah melawan sebuah korporasi pertambangan bernama Churchill Plc di pengadilan arbitrase internasional di Washington DC, Amerika Serikat, nama Ordi—begitu sebutan akrabnya—masuk dalam salah satu tim yang mewakili pemkab Kutai Timur dalam sidang arbitrase internasional tersebut.

Keberanian pemkab Kutai Timur dalam melawan sebuah korporasi tambang besar di meja pengadilan menjadikan inspirasi politis bagi Ordi.

“ Jika ada indikasi yang merugikan masyarakat dan lingkungan alam maka birokrasi dan pemerintah daerah itu harus tegas menindak dan mengevaluasi,” kata Ordi.

Menurut Ordi sudah banyak berbagai element masyarakat yang bersuara tentang kegiatan eksploitasi perusahaan batubara yang merugikan masyarakat di Kutai Timur, salah satunya di Rantau Pulung dan konflik masyarakat adat dayak Basap dengan korporasi di Bengalon, namun belum mendatangkan respon yang berarti dari pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Politik dan Citra Media 

Kepada Ordi, saya tanyakan pula bagaimana dirinya memposisikan dirinya di tengah pemberitaan media terkait menjadi oposisi dalam kancah politik daerah Kutai Timur.

Pertanyaan ini saya utarakan terkait eratnya kaitan antara politik dan media dalam melakukan pesanan “pencitraan” yang oleh sebagian orang dianggap sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh para elite politik daerah dan pusat.

Ordi beranggapan pencitraan itu penting dalam politik untuk menunjukkan kinerja pemerintah yang sudah dipilih masyarakat,namun pencitraan itu harus bersifat factual dan realistis bukan bersifat gimmick politik yang manfaatnya tidak dirasakan masyarakat secara langsung.

“ Yang penting apa yang diberitakan oleh media itu harus factual dan nyata,bukan sekedar pemberitaan yang bersifat gimmick politik dan menjadi pemanis saja,” tegasnya.

Dan menurutnya,kalau ingin mengetahui hasil kerja dari suatu pemerintahan di daerah, bisa ditanyakan langsung kepada warga Kutai Timur.

Terkait keputusan politis menjadi oposisi,Ordi pun menjelaskan bahwa keputusan yang diambilnya tersebut bukan sebagai upaya pencitraan politik menjelang pilkada Kutai Timur 2024.

“ Demokrat sebagai salah satu partai pengusung bertanggung jawab kepada masyarakat Kutai Timur terkait kinerja pasangan yang kami usung, keputusan oposisi ini sudah dipikirkan secara matang,dan menurut evaluasi kami di partai kinerja aparatur tidak sesuai target dan asas pemerintahan yang baik tidak dilaksanakan oleh pemerintah, maka kami pun berhak menarik diri dari koalisi,” tandas Ordi.

Dengan kata lain keputusan oposisi bukan sebuah pembangunan pencitraan menjelang pilkada 2024 namun sebagai sebuah upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan  di luar koalisi pemerintahan.

Dukungan Keluarga

Kepada balikpapantv.co.id, mantan ASN yang pernah menjabat beberapa posisi penting di Kutai Timur dan Maluku ini,mengungkapkan dukungan keluarga disebutnya berpengaruh besar terhadap perjalanan hidupnya di politik.

“Tanpa dukungan keluarga tidak mungkin saya memutuskan maju di politik,” ungkap pria berkacamata itu.

Ketika menyebut dukungan keluarga itu juga ordi menjadikan contoh dukungan dalam memimpin suatu organisasi besar layaknya memimpin daerah.

“Keluarga itu adalah organisasi kecil namun penting,semua harus saling dukung,sama seperti hal nya dukungan masyarakat kepada pemerintah ataupun sebaliknya,”.

Kutai Timur Tempat Lahir Tokoh Kaltim

Dalam wawancara melalui whatsapp itu,saya dan Ordiansyah Tarlan sempat menyinggung karakter Kutai Timur yang merupakan daerah bagi tokoh-tokoh Kaltim baik di regional maupun nasional.

Saya bertanya dengan Ordi sosok seperti apa yang dibutuhkan oleh Kutai Timur sebagai tempat lahirnya tokoh-tokoh politik di Kaltim.

“ Kutim perlu pemimpin yang bisa mengayomi dan memiliki kompetensi,karena Kutim sedang membangun dan masih bersandar pada sumber daya alam, belum lagi kondisi masyarakatnya yang multi etnis, jadi perlu gagasan baru pembangunan pasca tambang,” ungkapnya.

Terdapat tiga nama mantan Bupati Kutai Timur yang sukses menjadi tokoh di Kaltim seperti Awang Faroek Ishak, Mahyudin dan Isran Noor yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Kaltim.

Penggemar Musik 80’an 

Tidak banyak yang tahu kalau Ordi adalah penggemar music tahun 80’an khususnya dengan band The Police.

Saya pun baru tahu setelah menanyakan hal ringan terkait music yang gemar di dengarkannya dikala senggang. Itulah sebabnya di akhir wawancara, saya sengaja menanyakan ihwal kegemarannya ini.

Ketika saya tanya “di waktu senggang pasti anda pernah mendengarkan musik,sekiranya aliran musik apa yang anda suka dikala senggang lepas dari hingar bingar urusan politik di partai…?”

“musik saya suka new wave 80’an, band The Police dengan vokalisnya Sting,” tandasnya.

“ Kadang lagu-lagu tersebut bisa memberikan inspirasi, dikala waktu senggang dan itu bisa memberikan arah yang positif serta bisa memberi dampak yang baik dalam setiap keputusan politik yang di ambil,” katanya lagi.

Dengan dampak yang positif itu pula dalam politik harus ada ketenangan dalam pengambilan keputusan kata suami dari Qoniawati ini.