Hopelees Untuk Si Mermaid

Seekor dugong ditemukan mati melebur dengan pasir yang dialun ombak di sore hari,3 Juni 2023.Tubuhnya yang kaku terlihat ada beberapa goresan luka yang seakan dirinya ingin lepas dari “sesuatu”yang menjeratnya.

Hopelees Untuk Si Mermaid
Mereka diburu dengan alasan mitos air mata dugong yang memiliki kekuatan magis bagi beberapa kalangan masyarakat di Indonesia, Malaysia, d

balikpapantv.co.id , SANGATTA - Pantai Jepu-jepu,sebuah pantai indah di Kabupaten Kutai Timur,provinsi Kalimantan Timur, menjadi saksi bisu matinya dugong si “putri duyung”.Ia dikenal sebagai “perempuan laut” dimana terdapat sebuah kepercayaan tentang merman atau duyung jantan, namun cerita rakyat di seluruh dunia lebih mengenalnya putri duyung atau putri duyung menjadi sebuah cerita yang bertahan selama ratusan tahun di seluruh dunia.

Tidak terkecuali di Indonesia dimana masyarakatnya memiliki kepercayaan tentang dugong itu sendiri yang merujuk pada karakter perempuan setengah ikan. Bedanya dengan cerita kebanyakan rakyat tentang dugong,di Indonesia dugong bukanlah representasi dari dewa dan dewi maupun peri. Namun ia adalah perempuan yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya untuk berubah menjadi makhluk laut.

Mengenal Dugong si “Putri Duyung”?

Dalam ordo fauna di kehidupan nyata,dugong digolongkan masuk dalam jenis mamalia yang tergolong dalam ordo sirenia. Seluruh hidupnya berada di udara dengan makanan utama adalah tumbuhan,ia memiliki ciri fisik berbadan besar,berbentuk seperti ikan namun dengan ekor yang pipih mendatar, tidak memiliki kaki belakang, kaki depannya pun telah termodifikasi akibat proses evolusi jutaan tahun menjadi lebih mirip seperti seekor sirip, untuk jenis duging betinanya sendiri pun memiliki kelenjar susu yang terdapat di masing-masing ketiak sirip.

Banyak yang menutupi suara dugong memiliki keanehan dan menyeramkan, namun banyak yang tidak mengetahui sebenarnya suara itu dibungkam terhadap kondisi lingkungan yang semakin lama semakin mengalami degradasi.

Karakter duyung yang lamban kemungkinan membuatnya sangat rentan terhadap penangkapan ikan berlebihan serta kecelakaan kapal pesiar.

Reproduksinya pun lambat, dimana untuk dugong dewasa saja butuh waktu 10 tahun dan masa mengandungnya adalah 14 bulan untuk melahirkan dengan selang waktu 2,4 sampai dengan 5 tahun.

Tangisan Sang “Putri Duyung”

Mungkin di masa depan anak cucu kita hanya akan mendengar nama dugong yang pernah menjadi salah satu spesies mamalia di bumi ini. Mereka diburu dengan alasan mitos air mata dugong yang memiliki kekuatan magis bagi beberapa kalangan masyarakat di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Apabila duyung diangkat keluar dari air,maka ia akan mengeluarkan kelenjar air mata yang dipercaya oleh beberapa kalangan bahwa air mata ini memiliki kekuatan magis pengasih atau pemelet.

Faktanya air mata dugong adalah proses biologis untuk menjaga kelembaban mata ketika seekor dugong muncul ke permukaan air.

Tidak hanya air matanya saja namun dugong diburu karena kepercayaan akan khasiat minyaknya yang dipercaya dapat dimanfaatkan dalam penyembuhan penyakit tuberculosis (TBC), penyakit nyeri persendian dan melancarkan perederan darah,sedangkan taring dugong seringkali digunakan sebagai pipa rokok.

Sunset Terakhir Untuk Sang Putri Duyung di Pantai Jepu-jepu

Seekor dugong ditemukan mati melebur dengan pasir yang dialirkan ombak di sore hari,3 Juni 2023.Tubuhnya yang kaku terlihat ada beberapa luka goresan yang seolah dirinya ingin lepas dari “sesuatu” yang menjeratnya.

Tidak banyak masyarakat kita yang tahu bahwa hewan yang terbujur kaku itu adalah seekor dugong yang memiliki pengaruh bagi populasi tumbuhan atau satwa laut lainnya. Ketika spesies itu punah, dugong hilang dari kehancuran makanan. Hewan yang dahulu memangsa dugong harus mencari sumber makanan baru kalau tidak mau kelaparan. Tidak hanya itu, jika pemangsa punah, populasi mangsanya dapat berkembang biak sehingga membuat ekosistem lokal menjadi tidak seimbang.

Dalam foto yang kami tampilkan tampak seekor duyung seolah sedang beradu tenggelam dengan sang surya,namun tak disangka sang putri duyung lebih dulu “tenggelam”. Mungkin di masa depan foto tersebut akan menjadi bukti sejarah bagi anak cucu kita bahwa pembangunan yang mereka nikmati mengorbankan salah satu spesies mamalia.

Dugong vs Manusia

Selama jutaan tahun manusia telah berbagi ekosistem dengan spesies fauna di muka bumi. Ketika salah satu spesies berkurang maka akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Misalnya ketika spesies burung dodo di afrika punah, manusia yang terbiasa mengonsumsi daging burung dodo untuk makanan akan ikut menderita dan harus bergantung pada sumber makanan lainnya.

Kepunahan spesies dugong di China seharusya menjadi peringatan bagi Indonesia khususnya Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, karena ini menjadi pengingat serius bahwa kepunahan dapat terjadi sebelum dilakukan tingdakan konservasi yang efektif dikembangkan.

Dugong di Indonesia dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Sedang secara internasional, dugong terdaftar di dalam 'Global Red List of IUCN' sebagai 'Rentan terhadap kepunahan' atau rentan terhadap kepunahan dan juga telah masuk dalam Appendix I CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yang berarti bagian tubuh Dugong tidak dapat dijual dalam bentuk apapun.

Eksploitasi alam yang berlebihan akan menyebabkan persebaran dugong makin terancam yang dapat menurunkan kualitas lingkungan tempat dimana seharusnya dugong bisa bertahan hidup. Diperlukan proses edukasi yang harus dilakukan secara terus-menerus dan memperpanjang guna mengubah kebiasaan,perilaku dan kepercayaan,tentu sasaran edukasi ini tidak hanya bertujuan bagi masyarakat saja namun juga harus menyasar kepada kebijakan eksploitas sebagai tatanan teratas dalam penurunannya ekosistem lingkungan bagi kehidupan dugong.