Menjaga Pesut Dari Mahakam Untuk Dunia

Penelitian telah menunjukkan jumlah pesut Mahakam semakin hari semakin berkurang dan kini tersisa 60 an ekor.

Menjaga Pesut Dari Mahakam Untuk Dunia
Beter laat dan nooit (Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali)

balikpapantv.co.id , SAMARINDA - Ketika kita mendengar nama pesut, semua orang akan berkata, “langka dan terancam punah,” Tapi apa gunanya jika kita semua mengetahui pesut adalah binatang langka dan terancam punah, jika sang “penjelajah” mahakam tidak terlindungi. Pembangunan, mahakam dan pesut, ketiganya saling berhubungan. Pada saat yang sama dan jelas bahwa Danielle Kreb seorang wanita kelahiran Emmeloord, Belanda, ya dia bukan dari Indonesia, tapi dari Belanda yang kita kenal sebagai negeri kincir angin.Dia bersama kawan-kawannya di Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia ( RASI) telah berupaya melindungi pesut dengan hatinya dan karya mereka terhadap perlindungan pesut akan membuat perubahan bagi masa depan generasi mendatang.

Sungai Mahakam, Nirwana Terakhir Pesut Mahakam

Sungai Mahakam dengan panjang 980 kilometer di Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan nirwana terakhir lumba-lumba air tawar yang dikenal dengan sebutan pesut Mahakam.
Bayangkan jika anak cucu kita di masa depan menelusuri sungai Mahakam tidak bisa lagi menemukan pesut sang “penjelajah” Mahakam. Kemudian sang “penjelajah” Mahakam hanya bisa dilestarikan dalam sebuah buku.
Aktivis lingkungan Danielle Kreb mengisahkan aktivitas dalam berjuang melindungi “surga terakhir” yang membuat patah hati kita. Penelitian demi penelitian telah menunjukkan jumlah pesut mahakam semakin hari semakin berkurang dan kini tersisa 60 ekor.
Danielle mengatakan masih ada harapan untuk menyelamatkan pesut sang “penjelajah” sungai Mahakam.
“Jika pesut ini punah maka tidak akan bisa kembali lagi,” tegas Danielle

Daniele Kreb melakukan penjelasan pemasangan alat pinger yang bisa menjauhi pesut dari alat jaring rengge.


1997

Tahun 1997 menjadi awal mula Denielle ke Kaltim, kabar dirinya dari seorang kenalannya yang mengatakan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim mencari tim peneliti pesut Mahakam. Tentu ini disambut dengan gembira dan tidak sia-sia oleh perempuan berdarah Belanda ini.
Meskipun saat itu dirinya belum bisa berbahasa Indonesia namun semangatnya untuk melakukan penelitian terhadap sang “peri” Mahakam menjadikan batasan bahasa bukan penghalangnya.
“Awalnya dulu sewaktu penelitian saya anggap turis, bermodalkan kamus bahasa Indonesia dalam mewawancarai warga terkait keberadaan pesut Mahakam,” kenangnya.

Pesut mati di desa sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun, Kab.Kukar, Kaltim.


Ancaman Bagi Ekosistem Pesut Mahakam

“Lebih baik menerapkan zonasi penyanggah di sekitar kawasan konservasi, yang baru saja ditetapkan oleh Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan nomor 49, dan polusi harus dicegah dari kegiatan industri. Dulu air Mahakam bisa diminum,makanya dulu orang bila jika meminum air sungai Mahakam pasti kembali,” jelasnya.
Sering kali Danielle bertemu dan berdikusi dengan para pejabat daerah dalam upaya perlindungan pesut Mahakam. Pembangunan ekonomi berbasis lingkungan adalah kunci jawaban menurut Danielle.
Meskipun pemerintah mendukung dalam upaya Danielle, setidaknya ada suatu pola kebijakan dalam mengurangi dampak ancaman terhadap pesut Mahakam.
Saya paham sungai Mahakam sebagai jalur transportasi kapal pengangkut batubara, namun ada cara untuk menjaga ekosistem pesut, seperti halnya membebaskan lalu lintas kapal besar di anak sungai Mahakam yang menjadi habitat utama pesut Mahakam untuk tidak mengurangi nilai dari upaya yang baik,” katanya.
“Kalau di Mahakam boleh tapi lewat jalur tengah, jangan ambil jalur pinggir, beberapa kali sering lihat, mungkin akan mengirit bahan bakar solar, sehingga bahaya pesut,” tambahnya.
“Di anak sungai kami pernah menemukan pesut mati mungkin karena tabrak dan mungkin karena sangking bisingnya suara kapal sampai ke dalam air sehingga pantulan sonar saat sudah dekat tidak bisa di dengar pesut dan mengalami kesulitan orientasi, sehingga kami mengusulkan untuk membatasai dalam rencana peraturan agar tidak ada angkutan kapal angkut batu bara pada malam hari di anak sungai itupun masih tarik menarik dan belum final,” paparnya.


Masihkah Ada Harapan?

Seketika saya terbayang tentang gambaran dugong atau ikan duyung yang dinyatakan punah oleh pemerintah China, apa mungkin ini bisa terjadi kepada pesut, untuk itu sayapun bertanya tentang harapan untuk generasi mendatang untuk bisa melihat pesut di Mahakam, Danielle pun dengan tegas menjawab masih ada harapan itu.
“Harapan pasti ada, ya masyarakat juga saat ini semakin sadar juga untuk tidak membuang sampah plastik di sungai dan semua pihak harus saling koordinasi untuk menjaga ekosistem pesut Mahakam,” harapnya.
“Sering kami sosialisasi kepada masyarakat dari segala tingkatan, jadi segala cara kami upayakan termasuk di media sosial, kemudian melakukan kampanye tentang satwa dan lingkungan di sekolah-sekolah dan biasanya anak-anak tersebut antusias saat kami melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah mereka, meskipun terkadang sulit untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan membuang sampah sembarangan, apalagi saat mereka tidak punya tempat sampah,” ujarnya.

Danielle Kreb melakukan wawancara kepada salah saeorang warga terkait ekosistem pesut Mahakam.


Menurut Danielle, masyarakat sangat peduli terhadap keberadaan dan kelestarian pesut terutama para nelayan yang seringkali tidak sengaja menangkap pesut dalam jala mereka.
“Mereka sangat peduli, terutama para nelayan saat ini sudah sangat paham tentang keberadaan pesut, memang semua harus dari bawah baru kemudian ke atas,” kata Danielle.
Ketika ditanya tentang dukungan pemerintah dan lembaga lingkungan internasional, Danielle tidak menampinya. Menurutnya pemerintah sangat mendukung apa yang dirinya dan kawan-kawannya lakukan, meski terkadang ada hambatan yang harus mereka hadapai seperti operasional menuju kawasan penelitian dan konservasi pesut.

Beter Laat Dan Nooit (Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali)

Masih ada pesut mahakam. Walau hanya puluhan. Tugas manusia adalah memastikan habitat mereka tetap aman dan bersahabat untuk hidup. Perlu regulasi dari pemerintah. Supaya pesut tak kebingungan dengan kesibukannya sungai dan tongkang, juga bisa mencari ikan kesukaan mereka dengan aman.
Memang upaya pemulihan pesut bukanlah hal yang mudah seperti menjaga telapak tangan. Meskipun demikian, tidak ada kata terlambat untuk perubahan yang baik. Ada pun kendala yang paling besar dalam penyelamatan pesut adalah mengubah pola pikir dan gaya hidup serta membentuk kesadaran lingkungan, baik dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.
Gerakan yang dilakukan oleh Danielle Kreb bersama kawan-kawannya dalam 
Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) memang getol dalam upaya perlindungan pesut mahakam. Perlu adanya kebijakan, advokasi dan kesadaran dari semua pihak terkait penyelamatan sang “peri” Mahakam.

Danielle Kreb

Sepenggal kalimat pepatah dari negeri kincir angin “Beter Laat Dan Nooit” yang dibahasa Indonesiakan “Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali”. Jika kita sebagai manusia memiliki kemauan pasti bisa untuk meninggalkan sepenggal warisan untuk generasi masa depan yang bernama Orcaella brevirostris atau lebih dikenal dengan nama pesut