Tren Transaksi Nontunai Melambat di Kaltim,Apa yang Menjadi Penyebabnya?
Tercatat bahwa pada triwulan II tahun 2023, nominal transaksi RTGS turun menjadi Rp 34,21 triliun dari Rp 35,12 triliun pada triwulan II tahun 2022. Volume transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 6,92 persen (yoy) pada triwulan II tahun 2023, dengan jumlah transaksi sebanyak 19,13 ribu, yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah transaksi pada triwulan II tahun 2022 sebanyak 20,55 ribu transaksi.

balikpapantv.co.id,SAMARINDA- Terjadi penurunan 5,15 persen (year on year/yoy) pada transaksi nontunai di Kaltim, dari Rp 45,01 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 42,69 triliun di tahun 2023. Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) di Kaltim, Budi Widihartanto, tidak hanya nominal, jumlah transaksi juga mengalami penurunan sebesar 17,09 persen (yoy).
Selama periode ini, terdapat hanya 201,55 ribu transaksi yang tercatat, yang lebih sedikit dari periode triwulan II tahun 2022 yang tercatat sebesar 243,10 ribu transaksi.
“Penurunan transaksi sistem pembayaran melalui Bank Indonesia tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan beberapa lapangan usaha,” ungkapnya, Jumat (29/9).
Budi Widihartanto menjelaskan bahwa transaksi yang dilakukan melalui sistem pembayaran Bank Indonesia di Kaltim didominasi oleh transaksi RTGS dalam hal nominal, tetapi didominasi oleh SKNBI dalam jumlah volume transaksi. Dalam hal nominal, transaksi melalui sistem pembayaran Bank Indonesia di Kaltim didominasi oleh transaksi RTGS, yang jumlahnya sebesar Rp 34,21 triliun atau 80 persen dari total transaksi melalui sistem pembayaran Bank Indonesia.
Sebaliknya, SKNBI mendominasi jumlah volume transaksi di Kaltim dengan 182,42 ribu transaksi atau 91 persen dari total transaksi melalui sistem pembayaran Bank Indonesia. Terjadi penurunan pada transaksi RTGS dari sisi nominal maupun volume. Pada triwulan II 2023, terjadi penurunan sebesar 2,60 persen (yoy) pada nominal transaksi RTGS.
Tercatat bahwa pada triwulan II tahun 2023, nominal transaksi RTGS turun menjadi Rp 34,21 triliun dari Rp 35,12 triliun pada triwulan II tahun 2022. Volume transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 6,92 persen (yoy) pada triwulan II tahun 2023, dengan jumlah transaksi sebanyak 19,13 ribu, yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah transaksi pada triwulan II tahun 2022 sebanyak 20,55 ribu transaksi.
“Sama seperti RTGS, kinerja transaksi SKNBI juga mengalami perlambatan,” ungkapnya.
Menurut Budi Widihartanto, transaksi SKNBI juga mengalami penurunan baik dalam nominal maupun volume. Tercatat penurunan sebesar 14,21 persen (yoy) pada nominal transaksi SKNBI pada triwulan II tahun 2023. Nominal transaksi SKNBI pada triwulan II tahun 2023 tercatat sebesar Rp 8,49 triliun, yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II tahun 2022 yang mencapai Rp 9,89 triliun.
Lebih jauh lagi, tercatat penurunan sebesar 18,03 persen (yoy) pada volume transaksi SKNBI pada triwulan II tahun 2023. Volume transaksi SKNBI pada triwulan II tahun 2023 hanya mencapai 182,42 ribu transaksi, yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II tahun 2022 yang mencapai 222,55 ribu transaksi.