Risti Speak Up Tentang Rekomendasi PDIP Untuk Dirinya

Dan ketika rekomendasi DPP PDIP justru tidak jatuh kepada saya atau Pak H Baba, toh saya ikhlas, saya diam dan berdoa. Semoga apa yang telah diperjuangkan oleh almarhum dapat dijaga dan dilanjutkan.

Risti Speak Up Tentang Rekomendasi PDIP Untuk Dirinya

balikpapantv.co.id,BALIKPAPAN- Dikutip dari hasil wawancara media Kaltim Post terhadap Risti Utami mengenai keputusan Budiono untuk tidak maju dalam pemilihan wakil walikota dan rekomendasi PDIP yang ia terima. Ini Curahan hati Risti Utami yang dirinya tulis sendiri

SAYA baru tahu kalau Pak Budiono mundur dari pencalonan wakil wali kota juga dari media. Terus terang saja, saya kaget dan tidak percaya karena mengingat beliau sejak menjadi ketua DPC PDI Perjuangan Kota Balikpapan sangat berambisi menjadi wakil wali kota menggantikan posisi almarhum Thohari Aziz (suami saya).

Walaupun sebenarnya dari awal Pak Budiono sudah komitmen akan mengawal saya untuk bisa menggantikan posisi almarhum sebagai wakil wali kota.

Kita masih ingat, DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Timur telah mengusulkan dua nama bakal calon wawali ke DPP, dan kami berdua telah dipanggil ke DPP, melakukan serangkaian wawancara, yaitu saya dan Pak H Baba.

Dan ketika rekomendasi DPP PDIP justru tidak jatuh kepada saya atau Pak H Baba, toh saya ikhlas, saya diam dan berdoa. Semoga apa yang telah diperjuangkan oleh almarhum dapat dijaga dan dilanjutkan.

Tetapi faktanya apa? Rekomendasi dari DPP PDIP tersebut sia-sia, karena selama sekitar dua tahun tidak dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Bahkan, setelah penggantian wawali sudah diproses dan dimusyawarahkan oleh partai pengusung dan hasilnya sudah diserahkan oleh wali kota ke DPRD dan DPRD sudah membalas surat tersebut, bahwa intinya dua calon wakil wali kota untuk melengkapi persyaratan, justru Pak Budiono mengundurkan diri dari pencalonan.

Saya tidak mengerti apa yang sebenarnya maksud semua ini. Saya ingat satu tahun yang lalu rekomendasi dari PDI Perjuangan akan diganti nama saya, dan Pak Budiono disuruh mundur oleh pimpinan DPD. Tetapi, Pak Budiono menolaknya. Dan yang aneh lagi, informasinya Pak Budiono selaku ketua partai juga bertanda tangan di berita acara dalam musyawarah seluruh partai pengusung.

Kalau melihat rangkaian yang saya alami dari awal sampai sekarang, terkadang saya berpikiran apa saya memang dijegal untuk tidak bisa menggantikan posisi almarhum suami saya ya???

Tapi, salah saya apa kok harus dijegal segala. Sebenarnya, niat saya kalau diberi amanah, hanya menjaga muruah dan melanjutkan perjuangan almarhum suami saya, dan itu sebenarnya siapa pun silakan, tidak harus saya.

Terkait adanya informasi bahwa rekomendasi dari DPP PDIP yang awalnya tercantum nama Pak Budiono dan sekarang secara tiba-tiba diganti dengan nama saya, hal ini menurut pendapat saya sangat janggal dan aneh. Karena terus terang saja saya tidak pernah diajak komunikasi oleh pimpinan partai. Baik tingkat DPC, DPD maupun DPP PDIP. Dan saya yakin ada laporan kepada pimpinan partai baik di DPD maupun di DPP yang tidak sesuai dengan fakta sebenarnya terkait perkembangan proses penggantian wawali Kota Balikpapan.

Selain itu menurut pendapat saya, rekomendasi tersebut sudah sangat terlambat dan sudah ketinggalan kereta. Apalagi, proses penggantian wawali sudah berjalan sampai tahap melengkapi berkas persyaratan calon.

Saya tidak mau berkomentar terlalu jauh tentang proses selanjutnya, dan saya serahkan kepada bapak wali kota dan DPRD Kota Balikpapan, serta seluruh partai pengusung.

Saya beserta keluarga besar almarhum Thohari Aziz mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Wali Kota, seluruh pimpinan beserta anggota DPRD dan seluruh pimpinan partai, serta masyarakat Kota Balikpapan yang telah memberikan simpati kepada almarhum Thohari Aziz. Saya mewakili keluarga besar almarhum juga mohon maaf dan mohon doanya, semoga suami saya tenang di sisi Allah SWT Tuhan YME. Aamiin.