Proyek Daerah Dalam Jumlah Besar Didominasi BUMN,Kontraktor Lokal Malah Lesu
Proyek yang didominasi pelaku usaha lokal masih sangat lesu. Sehingga pertumbuhan sektor konstruksi tidak berdampak dengan masyarakat Kaltim. Karena pembangunan konstruksi yang dilakukan datang dari BUMN

balikpapan.tv.co.id,SAMARINDA-Lapangan Usaha Kontruksi di Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II – 2023 mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 22.21 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berkisar sebesar 17,36 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Triwulan II – 2023 (y-on-y) yang bernilai positif ini terjadi di semua provinsi di Pulau Kalimatan dan provinsi Kalimantan Timur memberikan konstribusi terbesar terhadap PDRB untuk Pulau Kalimantan sebesar 47,14 persen.
Tapi sayang, meningkatnya proyek usaha konstruksi ini masih didominasi oleh proyek besar sehingga kebanyakan dipegang oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang pada akhirnya kontraktor lokal tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kenaikan Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan II – 2023 ini.
Peningkatan kinerja konstruksi tersebut terkonfirmasi dari kenaikan penjualan semen di Kaltim. Penjualan semen di Kaltim tercatat tumbuh sebesar 42,93 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,25 persen (yoy).
Kinerja lapangan usaha konstruksi yang masih solid didorong oleh pembangunan berbagai proyek strategis yang terus berlanjut seperti Refinery Development Master Project (RDMP) RU V Balikpapan, Bendungan Sepaku Semoi, dan berbagai preservasi dan pembangunan infrastruktur jalan. Tidak hanya itu, upaya penyiapan infrastruktur di wilayah Ibu kota Nusantara (IKN) berkontribusi meningkatkan kinerja lapangan konstruksi.
Ketua Umum Forum Jasa Konstruksi Kaltim Samsul Tribuana mengatakan, kinerja konstruksi secara data memang mungkin tumbuh. Namun memang pertumbuhan tersebut datang dari pembangunan proyek-proyek besar yang dipegang oleh BUMN.
“Sedangkan proyek yang didominasi pelaku usaha lokal masih sangat lesu. Sehingga pertumbuhan sektor konstruksi tidak berdampak dengan masyarakat Kaltim. Karena pembangunan konstruksi yang dilakukan datang dari BUMN,” ungkapnya, Jumat (15/9).
Samsul menjelaskan, bisa dilihat dari keanggotaan kontraktor lokal terus menurun. Saat ini anggota yang tadinya kurang lebih 30 ribu, sekarang hanya 3 ribu se-Indonesia. Hal itu tidak lepas dari lesunya proyek-proyek. Sekitar 90 persen kontraktor swasta sudah berkurang. Kalaupun masih ada yang mengurus sertifikat badan usaha (SBU) dari semuanya hanya 10 persen yang mendapat proyek. Sisanya tidak kebagian. Apalagi persyaratannya semakin sulit.
“Selain pengurusan SBU yang sulit, proyek juga masih lesu. Semuanya banyak dikuasai BUMN. Sehingga pelaku usaha khawatir, sudah mengurus SBU mahal lalu tidak ada proyek,” ungkapnya.
Banyak proyek daerah dengan jumlah besar saat ini didominasi oleh BUMN dan tidak dipecahkan kepada kontraktor lokal (pelaku usaha lokal). Jika proyek dipegang BUMN semua, maka tidak akan bisa dirasakan oleh masyarakat di daerah. BUMN akan membeli bahan material langsung ke pabrikan. Sedangkan pengusaha lokal akan membeli di daerah, sehingga perputaran uang di daerah bisa dirasakan masyarakat.