Pertajam Deteksi Peringatan Gempa, BMKG Pasang Seismograf di Tiga Kecamatan Kaltim, Karangan, Maratua, dan Bongan
Dengan adanya seismograf dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi serta peringatan dini gempa yang terjadi.Sudah ada delapan titik wilayah yang dipasang seismograf di Kaltim yaitu di Kutai Timur (Kutim), Berau, Paser, Kutai Kartanegara (Kukar), Bontang, dan Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Barat (Kubar), dan Balikpapan.

balikpapantv.co.id, BALIKPAPAN-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memasang instrumen pendeteksi gempa bumi atau seismograf di tiga kecamatan yang ada di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan,Rasmid,hal tersebut dilakukan untuk mendeteksi gempa dengan skala kecil dengan jarak sekitar 100 kilometer, gempa skala kecil tidak terekam seismograf.Sehingga sebelum gempa besar terjadi, biasanya akan ada gempa kecil.
"Gempa skala kecil tidak terekam seismograf. Sebab, energi getarannya habis saat berada di perjalanan,"katanya (29/6).
Dengan adanya seismograf dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi serta peringatan dini gempa yang terjadi.Sudah ada delapan titik wilayah yang dipasang seismograf di Kaltim yaitu di Kutai Timur (Kutim), Berau, Paser, Kutai Kartanegara (Kukar), Bontang, dan Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Barat (Kubar), dan Balikpapan.
Tahun 2023 ini akan ada penambahan tiga seismograf di Maratua (Berau), Karangan (Kutim) yang merupakan ujungnya Sesar Mangkalihat, dan di Bongan (Kubar).
"Untuk mendeteksi gempa dari patahan atau sesar tersebut. Kalau ada perubahan yang cukup signifikan, kami baru berkoordinasi dengan BMKG Pusat dan instansi lain. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan ataupun melakukan mitigasi, lebih intens lagi,” jelas dia.
Khusus Juni 2023, telah terjadi delapan kali gempa.Dua diantaranya adalah gempa menggetarkan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dan Mahakam Ulu (Mahulu).
Gempa yang terjadi di Kecamatan Sangkuliran dan Kecamatan Kaliorang,Kutim,dengan magnitudo 3 hingga 4 yang diduga dipicu pergerakan Sesar Mangkalihat. “Saya khawatir tahun ini adalah periode ulang. Contohnya di Sangkulirang pada 14 Mei 1921, sempat terjadi gempa yang cukup besar. Sekira 6,8 magnitudo dan menimbulkan tsunami. Walaupun tingginya 1 meter, juga memakan korban yang banyak. Dan kali kita urut dari 1921 sampai 2023 itu sekitar 100 tahun. Kemungkinan periode ulangan Sangkulirang diperkirakan 100 tahun,” paparnya.
Dengan banyaknya gempa yang terjadi sepanjang bulan ini, pengawasan akan dilakukan selama 24 jam.
"Kewaspadaan dan monitoring lebih ditingkatkan. Karena belum ada alat untuk memprediksi waktu gempa. Karena gempa bumi siklusnya pasti berulang. Mulai 50, 100, 200 tahun,” katanya.