Perjalanan Kemerdekaan Bangsa Indonesia Masih Terpelihara di Destinasi Wisata Ini

Perjalanan Kemerdekaan Bangsa Indonesia Masih Terpelihara di Destinasi Wisata Ini
Rumah ini sebenarnya merupakan rumah milik seorang petani keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong

Balikpapantv.co.id- Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78, mengunjungi destinasi wisata sejarah merupakan pilihan yang bagus untuk dilakukan. Hal tersebut bisa menjadi wujud upaya mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan kemerdekaan Indonesia sendiri tersebar di seluruh wilayah. Setiap tempat tersebut, masing-masing menyimpan nilai sejarah dan nilai perjuangan.

 Berikut adalah tempat-tempatnya:

1. Rumah Rengasdengklok

Berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, rumah ini sebenarnya merupakan rumah milik seorang petani keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong. Rumah ini menjadi saksi peristiwa penculikan Soekarno dan Moh Hatta oleh para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Menteng 31 pada 16 Agustus 1945.

Saat itu, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa perlu menunggu perkembangan dari Jepang. Rumah ini dipilih sebagai lokasi penculikan kedua tokoh tersebut karena dianggap aman sebab Rengasdengklok adalah wilayah kekuasaan tentara PETA dan jauh dari kekuasaan Jepang.
Di rumah tersebut masih ada dipan asli yang digunakan untuk tidur Bung Hatta. Sementara itu, dipan milik Soekarno sudah dibawa ke Bandung. Namun karena menjadi salah satu lokasi bersejarah, pada 1957 Bung Karno memerintahkan agar rumah ini dipindahkan ke Jakarta, sehingga kini generasi muda dapat melihat bangunan bersejarah tersebut persis di belakang Tugu Proklamasi.

2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini pertama kali didirikan pada 1920 dan terletak di kawasan elite di Jakarta. Dahulunya beralamat Jalan Miyako-Doori nomor 1 yang kemudian berubah dan saat ini menjadi Jalan Imam Bonjol nomor 1. Bangunan ini menjadi saksi dirumuskannya naskah proklamasi Indonesia oleh Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo.
Sebelum menjadi museum, pada 1945 bangunan ini merupakan kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda yang seorang perwira tinggi Angkatan Laut (kaigun) Kekaisaran Jepang. Jabatannya adalah Kepala Kantor Penghubung (Kaigun Bukanfu) antara Kaigun dan Angkatan Darat (Rikugun) Kerajaan Jepang di Indonesia. Maeda diangkat pada 15 Agustus 1942 ketika Jepang menaklukkan Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.

Maeda adalah salah satu dari sedikit perwira militer Jepang yang bersimpati dengan perjuangan pemuda-pemuda Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan. Hubungan baiknya dengan Soebardjo menjadi salah satu alasan yang membuatnya memberi izin atas penggunaan kediamannya sebagai lokasi rapat persiapan kemerdekaan.

Maeda disebut pasang badan dengan mempersilakan para tokoh tersebut menggunakan ruang makan keluarga di lantai satu sebagai lokasi rapat. Sebagai salah satu petinggi militer Kekaisaran Jepang, kediaman Maeda memiliki imunitas khusus dan tidak akan dirazia Kempetai atau Polisi Militer Jepang.
Di tempat inilah kemudian para tokoh kemerdekaan melakukan rapat maraton hingga menjelang subuh. Hatta bersama Soebardjo menyampaikan pemikiran secara lisan sedangkan Soekarno bertindak sebagai penulis konsep naskah proklamasi pada secarik kertas. Pada beberapa bagian tulisan tangan Soekarno di kertas tersebut terdapat bagian kata yang kemudian dicoret.
Lantas di mana Maeda? Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, diceritakan bahwa saat itu Maeda mengaku tak kuasa menahan kantuk sehingga memilih berpamitan untuk tidur di salah satu ruangan yang berada di lantai dua rumahnya. Apalagi saat itu waktu telah menunjukkan pukul 3 dini hari. Namun Maeda sempat meminta penerjemah Sunkichiro Miyoshi, kemudian ajudannya, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi untuk menemani Soebardjo dan kawan-kawan rapat, Tak lupa, Maeda juga berpesan kepada asisten rumah tangga yang menjadi satu-satunya perempuan malam itu yakni Satsuki Mishima untuk memasakkan santap sahur untuk mereka. Karena saat itu bertepatan dengan momen bulan Ramadhan dimana seluruh umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah puasa hari ke-9. Mishima diceritakan memasak menu nasi goreng dengan lauk telur dadar dan ikan sarden.

Mendiang wartawan senior Rosihan Anwar yang saat itu ikut menunggu hasil rapat menuturkan, tindak tanduk Maeda saat itu dinilainya sebagai cara Maeda agar ia tetap dinilai netral dan tidak dipenjara oleh negaranya karena ikut mendukung kemerdekaan Indonesia.

3. Tugu Proklamasi

Tugu Proklamasi merupakan salah satu tugu peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sekaligus sebagai tempat naskah proklamasi kemerdekaan pertama kali dibacakan. Tugu ini berada di Jalan Proklamasi, Menteng, Cikini, Jakarta Pusat.

Tugu ini terletak di bekas kediaman Soekarno yakni, di Jalan Pengangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Tugu tersebut pernah dihancurkan oleh Soekarno pada 1960 kemudian dibangun kembali oleh Soeharto saat menjabat sebagai Presiden ke-2 RI pada 1972. Di monumen tersebut terdapat dua patung Soekarno-Hatta berukuran besar dan berdampingan pada kompleks taman. 

Kedua patung dibuat semirip mungkin dengan dokumentasi foto saat naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Selain itu, terdapat juga patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer hitam dengan bentuk dan susunan tulisan aslinya.

4. Radio Republik Indonesia

 Berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5, Gambir, Jakarta Pusat, Radio Republik Indonesia (RRI) memiliki peranan yang cukup penting dalam menyebarkan kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tepat pukul 19.00 WIB, teks proklamasi dari kantor berita Domei (kantor berita resmi Kekaisaran Jepang, namun saat ini Kantor Berita Antara) sampai di tangan Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto.

Mereka bertiga merupakan penyiar radio Hoso Kanri Kyoku yang sekarang menjadi RRI. Dari situ, RRI memiliki peran awal untuk menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini, RRI masih menjaga eksistensinya dan tetap hadir untuk memberikan informasi berita kepada masyarakat.