Penjualan TV Terus Menurun,Titik Terendah Selama 10 Tahun Terakhir

Kemajuan teknologi menurunkan permintaan TV sebesar 1,6% pada tahun 2023 karena banyak orang lebih memilih mengakses konten digital dari perangkat seluler, komputer, dan tablet. Penjualan TV baru dan pengganti menurun di seluruh wilayah, dengan penurunan paling signifikan terjadi di pasar TV Tiongkok, mencapai level terendah dalam dekade terakhir. Counterpoint Research dan DSCC meluncurkan alat pemantauan pengiriman TV global bernama Global TV Shipment Tracker untuk segmen premium termasuk OLED, Mini/Micro LED, dan LCD quantum dot.

Penjualan TV Terus Menurun,Titik Terendah Selama 10 Tahun Terakhir

balikpapantv.co.id- Kemajuan teknologi dapat mengurangi kebutuhan banyak produk. Seperti halnya kamera, pemutar musik, kalkulator dan konsol game yang sekarang bisa digantikan oleh smartphone. Begitu juga dengan TV, orang mungkin membelinya lebih sedikit, namun dengan kualitas gambar lebih tinggi dan layar yang lebih besar. Menurut Gizmochina, pasar TV global mengalami penurunan di tahun 2023 dengan penjualan turun 1,6% dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan level penjualan terendah dalam satu dekade.

Ada beberapa alasan mengapa ini terjadi. Pertama, masyarakat sedikit menonton TV karena banyak orang lebih memilih akses konten digital melalui ponsel, komputer, dan tablet. Selain itu, inflasi global juga memengaruhi minat pada televisi yang mahal,ada beberapa wilayah yang mengalami penurunan tren TV seperti sebagai berikut.

Asia-Pasifik (-0,2 %)

Tiongkok (-8,4 %)

Eropa Barat (-11,5 %)

Timur Tengah dan Afrika (-3,0 %). 

Penjualan TV baru dan pengganti mengalami penurunan di seluruh wilayah, menunjukkan kelemahan kepercayaan konsumen pada pasar TV secara umum. Penurunan ini bahkan semakin intensif di pasar TV Tiongkok selama paruh kedua tahun 2023, melebihi 10% dari tahun ke tahun. Pada bulan terakhir tahun ini, penurunan tingkatnya bahkan melebihi 20%. Ukuran pasar tahunan juga merosot di bawah 37 juta unit, mencapai level terendah dalam satu dekade terakhir.

Hasil penelitian firma Millward Brown menyatakan bahwa saat ini lebih banyak orang Indonesia menonton video di internet daripada menonton tayangan di televisi. Dalam penelitian perilaku pemilik smartphone di Indonesia, 52 persen dari 30 persen populasi Indonesia menonton video di internet melalui perangkat seperti smartphone, tablet, atau laptop, terutama dengan menggunakan platform YouTube.

Keadaan ini disebabkan oleh fleksibilitas yang ditawarkan. Biasanya penonton menonton tayangan televisi di rumah bersama teman atau keluarga untuk bersosialisasi, sementara menonton video lewat perangkat mobile bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan cara individu. 

Secara khusus, masyarakat modern biasanya menonton video melalui smartphone atau tablet dalam perjalanan di kereta, ruang tunggu, lift, atau mobil. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, masyarakat Indonesia mudah menerima iklan digital dibandingkan dengan rata-rata masyarakat global. 

Mereka lebih condong untuk jangan melihat iklan dibandingkan melewatinya sebelum menonton video mereka, terutama ketika iklan itu menawarkan hadiah atau kuis. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengiklan untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih luas. Namun, para pengiklan harus memperhatikan juga kualitas penyajian iklan mereka agar dapat menarik minat penonton. 

Menurut Direktur Manajer Millward Brown Indonesia, Mark Chamberlain, pengiklan sebaiknya mempergunakan cara-cara sederhana yang dapat mencapai audiens digital native Indonesia.