ENAM Perguruan Tinggi Bekerjasama Dengan Otorita IKN. Sepakat Bentuk Konsorsium PTN Institut Nusantara.

Kita sepakat membentuk konsorsium. Nantinya lewat konsorsium ini, perguruan tinggi bisa menyumbangkan konsep.

ENAM Perguruan Tinggi Bekerjasama Dengan Otorita IKN.  Sepakat Bentuk Konsorsium PTN Institut Nusantara.
Konsep yang dibawa dari perguruan tinggi ini kan research-nya memang based on science, base on good resource (foto:Prokal)

balikpapantv.co.id, SAMBOJA- Dalam jangka 20 tahun, 1.800 hektare lahan yang dulunya padang alang-alang, kini berubah jadi hutan. Dulu yang panas, kini teduh oleh pepohonan. Menjadi rumah, tidak hanya bagi satwa liar, tapi juga konservasi orang utan dan beruang madu. Menghidupi satwa juga masyarakat sekitar.

Di lahan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja Lestari tersebut, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan enam perguruan tinggi negeri (PTN) terkemuka Indonesia mengambil langkah aksi di bidang pembangunan non-fisik untuk IKN.

Langkah tersebut lantas diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman. Para rektor dan perwakilan kampus berkumpul di Samboja Lodge, Borneo Orangutan Survival (BOS), Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Jumat (4/8) lalu. Malam sebelumnya, mereka sepakat bekerja sama, membentuk konsorsium.

Kepala OIKN Bambang Susantono menjelaskan, kerja sama ini merupakan sisi lain dari pengembangan pembangunan Nusantara. Tidak hanya dari sisi fisik, namun juga keilmuan dan penelitian. Sebagai bentuk pembangunan non-fisik. Dengan tujuan IKN yang futuristik di 2045 tanpa meninggalkan persoalan yang kini sedang dihadapi OIKN.

“Banyak yang masih harus kami selesaikan saat ini. Namun, di sisi lain kami ingin Nusantara tidak hanya dibangun secara fisik, namun juga non-fisik. Ini sama pentingnya. Seperti yang selalu disampaikan Bapak Presiden (Joko Widodo),” ungkap Bambang.

Nusantara, lanjut dia, harus menjadi kota dengan kekayaan intelektual. Di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentu dengan paten milik orang-orang Indonesia. Hingga menjadi wadah, bahkan lokasi rutin, pertemuan dan pameran strategis para ahli, akademisi, dan ilmuwan dunia untuk berkumpul layaknya di Boston, Amerika Serikat.

“Kita sepakat membentuk konsorsium. Nantinya lewat konsorsium ini, perguruan tinggi bisa menyumbangkan konsep. Kita juga bekerja sama dengan Kemenristekdikti, BRIN, dan beberapa filantropis. Nantinya dari sana kita akan upayakan anggaran. Yang terpenting konsep yang dibawa dari perguruan tinggi ini kan research-nya memang based on science, base on good resource,” jelasnya.

Adapun enam PTN yang diajak bekerja sama antara lain Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Brawijaya, dan Universitas Mulawarman (Unmul).

“Sebelumnya kami juga melakukan pembicaraan dengan rektor dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dari sisi art and culture,” ujarnya. Melalui konsorsium ini pula ke depan akan lahir Institut Nusantara. Sebagai salah satu pusat riset ilmu sains dan teknologi.

“Melalui Institut Nusantara ini maka dapat meningkatkan kualitas pengembangan non-fisik di IKN,” imbuhnya.

Rektor IPB Arif Satria menyebut, IKN harus dibangun berlandaskan ilmu pengetahuan. Pihaknya pun bersama lima PTN lainnya siap memberikan dukungan penelitian. Sebagai kekuatan membangun IKN yang smart, green, dan inklusif.

“Semoga kolaborasi melalui konsorsium ini bisa segera diwujudkan, sehingga apa yang menjadi agenda termasuk pembiayaan bisa terlaksana. Saya kira pendanaan termasuk dari LPDP, BRIN, Kemenristekdikti, dan sebagainya sangat terbuka,” ucap Arif.

Agenda pertama IPB adalah membangun pusat plasma nutfah nasional. Bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ke depan jika berhasil, akan menjadi konservasi genetik terbesar di Indonesia.

“Satwa liar saat ini banyak sekali yang hampir punah. Namun sayangnya, tidak ada yang memiliki gennya. Sebab itu, melalui pusat plasma nutfah ini dapat menyelamatkan berbagai satwa liar. Seperti badak jawa dan anoa. Ini akan menyelamatkan binatang endangered species yang sudah hampir punah itu,” jelas Arif.

Dari Rektor UGM Ova Emilia, kampusnya sudah tiga tahun terakhir mengirimkan mahasiswa dalam kuliah kerja nyata (KKN) di IKN untuk bisa memindai apa saja yang diperlukan masyarakat dalam menghadapi ekosistem baru yang nantinya dihadirkan di IKN. Fokus utamanya di bidang kesehatan dan sosial.

“Dengan begitu, kami bisa mengetahui bentuk intervensi apa yang bisa kami lakukan untuk merealisasikan konsep yang telah dibuat. Dan dengan adanya konsorsium ini akan menjadi sarana berkoordinasi, bukan jalan sendiri-sendiri,” ujarnya.

Adapun Rektor Universitas Brawijaya Widodo menyebut bahwa IKN akan menjadi laboratorium besar berskala internasional, maka harus mampu memberikan interaksi antara masyarakat dan alam. Untuk itu, pihaknya fokus untuk bisa menyeimbangkannya.

“Culture and nature. Bagaimana orang bisa mengapresiasi local wisdom dan nature. Diselaraskan pula dengan dunia digital, sehingga IKN ini penting mewujudkan the future digital humanity. Arah kita ke sana. Kita juga fokus ke pangan. Sudah kerja sama dengan Unmul untuk pengembangan demplot pangan di IKN,” ucap Widodo.

Sementara Rektor UI Ari Kuncoro menyebut, kolaborasi yang sedang dibangun dalam pembangunan IKN menjadi bagian penting agar tidak mengulangi kesalahan yang terjadi di dunia dalam membangun sebuah kota. Dan jejaring antara perguruan tinggi dalam bentuk konsorsium dengan IKN sebagai pusatnya, maka menjadi laboratorium hidup.

“Konsorsium ini menjadi keunikan karena mengamati yang sedang berlangsung. Bagaimana IKN menjadi sebuah hal yang mencari keseimbangan baru. UI sendiri punya smart city, soshum, bus listrik, yang akan menjadi kontribusi kami,” ungkap Ari.

Mewakili ITB, Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Endah Sulistyawati menyebut, kampusnya telah melakukan sejumlah aksi. Seperti menyiapkan masyarakat IKN dan sekitarnya untuk menjadi pemasok pangan. Lokasinya berada empat desa di Kecamatan Sepaku dalam bentuk urban farming.

“Ada juga fakultas lain yang membantu memetakan potensi desa, kebutuhan infrastruktur. Dan yang tidak kalah penting, mempersiapkan masyarakat untuk being international dan penguatan kebangsaan. Kami sudah ada sembilan program yang berjalan,” ujar Endah.

Di sisi lain, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN Myrna Asnawati Safitri menyebut, Kabupaten Penajam Paser Utara sebelumnya merupakan salah satu daerah yang kurang dilirik dalam penelitian, sehingga konsorsium dapat membantu memperjuangkan kedaulatan pengetahuan, terutama di daerah.

“Kami juga berpesan konsorsium ini juga bisa menggandeng perguruan tinggi lokal yang ada di Kaltim,” sebutnya.

Diketahui, untuk mendukung penelitian di IKN, sudah dibentuk area riset. Area riset tersebut dinamakan Program Riset Nusantara yang meliputi empat klaster yaitu energi, pangan, dan transportasi; sosial humaniora; Well-being dan konservasi lingkungan; serta teknologi dan informatika.