Dorong Transisi Energi PLN,Teknologi Mempunyai Peran Penting
Pemerintah mendorong percepatan transisi energi dengan menerbitkan regulasi seperti Perpres 112/2022 dan Permen ESDM 12/2023. Dengan pemanfaatan PLN terhadap teknologi energi seperti biomassa co-firing, efisiensi jaringan transmisi dan pembangkit, penggantian PLTU subcritical menjadi PLTU super dan ultra super critical, gas combined cycle, dan renewables energy untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

balikpapantv.co.id-Untuk mewujudkan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau bahkan lebih cepat, PT PLN (Persero) terus berkolaborasi dan mengembangkan teknologi untuk mengurangi emisi di Indonesia. Pada sesi Road to PLN Investment Days 2024 di Jakarta (6/3), Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi, menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil PLN seperti pengembangan biomass co-firing, efisiensi jaringan transmisi dan pembangkit, mengganti PLTU subcritical menjadi PLTU super critical dan ultra super critical, gas combined cycle serta renewables energy.
Salah satu contoh teknologi yang telah dikembangkan oleh PLN adalah co-firing, yang telah diterapkan di 43 dari target 52 lokasi dan berhasil menurunkan emisi sekitar 1 juta ton CO2. Di samping itu, PLN juga telah melakukan efisiensi jaringan transmisi dan distribusi yang berhasil menurunkan emisi sebesar 2,8 juta ton CO2.
“Di sisi lain, teknologi PLTU subcritical kita upgrade menjadi PLTU super critical dan ultra super critical,yang akan dapat menurunkan emisi sebesar 20,8 juta ton CO2,” tambahnya.
Menurut Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Wanhar, transisi energi membutuhkan kolaborasi dari semua pihak agar berkelanjutan. PLN dan pemerintah perlu bekerja sama dalam upaya ini.
Pemerintah juga telah membangun iklim investasi yang baik untuk mempercepat transisi energi, misalnya dengan menerbitkan Perpres 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik dan Permen ESDM 12/2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa sebagai Campuran Bahan Bakar pada PLTU.
Dengan begitu, diharapkan pengembangan industri dan investasi juga akan meningkat. Wanhar menekankan pentingnya mengimplementasikan co-firing sebagai salah satu cara terbaik untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dan bahan bakar konvensional secara bersamaan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.
"PLN telah mempersiapkan PLTU untuk menggunakan cofiring.Saat ini PLN telah menggunakan cofiring dengan biomassa, wood chip,sudas, dan cangkang kelapa sawit,” ungkapnya.
Menurut Deendarlianto, akademisi dari Pusat Studi Energi Universitas Gajah Mada, mereka telah melakukan riset mengenai penurunan emisi di sektor energi dengan memperhitungkan 3 parameter utama. Mereka membahas biaya yang dibutuhkan untuk membersihkan CO2, dampak industri dari pengurangan emisi CO2, serta peran teknologi dan pengembangan ekonomi dalam transisi energi.
Hasil riset menunjukkan bahwa peran hidrogen dalam sistem kelistrikan nasional pada tahun 2045 dan energi nuklir pada tahun 2050 sangat penting. Deendarlianto menyampaikan bahwa riset tersebut membuktikan hubungan positif antara peran teknologi dan pengembangan ekonomi dalam transisi energi.
“Oleh karena itu inovasi teknologi itu perlu didorong, sehingga era transisi energi, salah satu yang kita lihat, kita perlu mendorong Indonesia menuju net zero emissions di tahun 2060,” pungkasnya