Dirut PLN Beberkan Tiga Langkah Strategis Dorong Energi Listrik Jadi Penggerak Ekonomi

Program pertama, yaitu program co-firing, PLN mendorong terciptanya ekosistem kerakyatan dengan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penyediaan bahan baku biomassa untuk co-firing. Saat ini, program biomassa telah diimplementasikan pada 43 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Selain turut berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 1,7 juta ton CO2, program ini juga mendorong perekonomian masyarakat sekitar lokasi pembangkit.

Dirut PLN Beberkan Tiga Langkah Strategis Dorong Energi Listrik Jadi Penggerak Ekonomi
Dalam upaya pengentasan kemiskinan, PLN telah mengambil tiga program utama pendorong ekonomi masyarakat yakni melalui co-firing biomassa, pemanfaatan fly ash bottom ash (FABA), dan peralihan dari energi berbasis fosil ke energi listrik.

balikpapantv.co.id,JAKARTA- Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, telah mengungkapkan tiga langkah strategis yang dilakukan oleh perseroan dalam mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan. Tiga langkah strategis tersebut membawa Darmawan meraih Green Leadership Utama dan juga membawa PLN meraih 20 PROPER Emas pada Anugerah Lingkungan PROPER dan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dalam upaya pengentasan kemiskinan, PLN telah mengambil tiga program utama pendorong ekonomi masyarakat yakni melalui co-firing biomassa, pemanfaatan fly ash bottom ash (FABA), dan peralihan dari energi berbasis fosil ke energi listrik.

Darmawan menegaskan bahwa listrik merupakan penggerak utama roda ekonomi. Oleh karena itu, listrik yang disediakan PLN harus mampu menjadi motor untuk menyelesaikan masalah kesenjangan sosial, khususnya dalam pengentasan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa PLN berkomitmen untuk menjalankan peran penting sebagai bagian dari solusi mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.

Darmawan menambahkan bahwa melalui ketiga strategi tersebut, sektor ketenagalistrikan dapat berkontribusi pada peningkatan tenaga kerja dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.

Program pertama, yaitu program co-firing, PLN mendorong terciptanya ekosistem kerakyatan dengan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penyediaan bahan baku biomassa untuk co-firing. Saat ini, program biomassa telah diimplementasikan pada 43 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Selain turut berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 1,7 juta ton CO2, program ini juga mendorong perekonomian masyarakat sekitar lokasi pembangkit.

“Sebagai contoh, PLN bersama Pemerintah Provinsi DIY mengembangkan Green Economy Village (GEV) yang menerapkan konsep circular economy.  Lewat skema ini, lahan yang tidak produktif disulap menjadi lahan produktif dengan ditanami jati, kaliandra serta indigofera sebagai bahan baku biomassa dan pakan ternak,” terang Darmawan.

Program co-firing biomassa ini juga sudah terbukti berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar pembangkit hingga mencapai 44% dan manfaat ekonomi yang dirasakanpun mencapai Rp 1,3 miliar per tahun untuk setiap desa.

Darmawan yakin akan mengembangkan konsep Generator of Electric Vehicle (GEV) untuk menyentuh wilayah yang lebih luas lagi dan melibatkan seluruh daerah lainnya. PLN sendiri telah membangun kerja sama dengan ratusan desa dalam upaya memberikan manfaat yang maksimal untuk masyarakat serta memperbaiki ketimpangan sosial di daerah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa PLN tidak hanya bertindak sebagai penyedia listrik, tetapi juga berperan sebagai mitra strategis dalam membantu pengembangan ekonomi masyarakat Indonesia.

PLN memanfaatkan sisa pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau Fuel Ash and Bottom Ash (FABA) sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi yang sangat penting. Program pengoptimalan potensi FABA yang dihasilkan oleh 47 PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia berhasil menghasilkan sebanyak 3 juta ton FABA per tahun. FABA yang dihasilkan dari program ini berhasil dimanfaatkan secara luas sebagai bahan baku pengganti beton pada berbagai produk seperti paving, batako, tetrapod, dan produk beton pracetak lainnya. Selain itu, FABA juga telah berhasil dimanfaatkan sebagai campuran pupuk kompos, bahan timbunan tanah dan material NAF (Non Acid Forming) sebagai stabilisator untuk menetralkan keasaman tanah secara efektif.

Tak hanya itu, PLN juga menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mendorong program green tourism yang bertujuan merevitalisasi infrastruktur sejumlah wilayah dengan memanfaatkan FABA. Program ini dinilai efektif yang mampu mengoptimalkan nilai ekonomi FABA, sambil juga melindungi lingkungan dari dampak negatifnya. Melalui program ini, PLN mengambil tanggung jawab dalam mengutamakan nilai tambah dan universitas di industri kelistrikan. Hal ini menjadikan PLN suatu perusahaan yang bertanggung jawab dalam memperkuat ekonomi nasional serta menjaga keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar wilayah operasional perusahaan.

“Program ini tidak hanya mengurangi emisi sebesar 216 ribu ton CO2. Tetapi juga berhasil memberikan lapangan kerja untuk ribuan orang, dengan melibatkan lebih dari 500 UMKM,” imbuhnya.

Program inisiatif PLN berupa Electrifying Agriculture dan Electrifying Marine bertujuan untuk memperkuat transisi dari penggunaan energi berbasis fosil ke energi listrik pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan bahari. Dalam program electrifying agriculture, masyarakat dapat memanfaatkan listrik sebagai sumber energi untuk memproduksi tanaman secara lebih efisien dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi setempat. PLN telah menerapkan program framework electrifying agriculture di 200 lokasi yang berhasil meningkatkan produksi pertanian tiga hingga lima kali lipat dibandingkan dengan menggunakan energi fosil. Hal ini terbukti mampu memperkuat sektor pertanian, meningkatkan efisiensi produksi dan peningkatan produktivitas, serta menambah pendapatan masyarakat di wilayah sekitar.

Dalam program electrifying marine, PLN berhasil membangun infrastruktur stasiun penyedia listrik sebanyak 107 di dermaga-dermaga yang tersebar di seluruh Indonesia. Program ini dinilai sukses dalam memperkuat penggunaan energi listrik di dermaga yang sebelumnya hanya menggunakan energi dari bahan bakar diesel dan minyak tanah. Selain itu, program ini juga berhasil menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dengan menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan energi berbasis fosil pada dermaga. Ini semua menunjukkan bahwa PLN berkomitmen untuk memperkuat transisi penggunaan energi dari berbasis fosil ke energi listrik dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar wilayah operasional perusahaan.

"Sehingga dari yang dulu setiap kapal bersandar di pelabuhan memakan biaya mahal untuk solar, kini sudah menggunakan listrik yang sangat hemat biaya sampai 80%-nya, sehingga sangat menolong keluarga nelayan," terang Darmawan.

Darmawan menyatakan bahwa PLN terus berupaya meningkatkan kesetaraan akses listrik bagi masyarakat Indonesia. Sebuah akses listrik yang memadai dapat memberikan dampak positif bagi sektor sosial dan ekonomi masyarakat, seperti mudahnya mendapatkan akses ke air bersih, pendidikan, informasi dan pengembangan ekonomi. Menurut Darmawan, listrik berkeadilan artinya listrik yang tersedia secara merata bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya di perkotaan, tetapi juga di pelosok. Hal ini penting guna memastikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf perekonomiannya. Dengan begitu, PLN menegaskan komitmennya dalam memperkuat akses listrik dan mewujudkan kesetaraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.