Demi Kembangkan Potensi Biomassa di Indonesia,PLN dan Kemenkomarves Luncurkan Program STAB dan PERTIWI di Konferensi COP28 Dubai.
Pada acara tersebut, Menko Marves Ad Interim Erick Thohir menyatakan bahwa pemerintah Indonesia ingin terlibat aktif dalam menjaga lingkungan yang berkelanjutan dan mengejar target Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060. Erick memberikan apresiasi pada pihak-pihak yang berkomitmen penuh dalam mewujudkan dekarbonisasi di Indonesia. Ia berharap komitmen ini segera dapat diimplementasikan secara efektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan.

balikpapantv.co.id, DUBAI- PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) baru-baru ini meluncurkan program STAB dan PERTIWI pada acara COP28 di Dubai.Program ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan sebagai sumber energi biomassa yang berkelanjutan di Indonesia. Pada acara tersebut, Menko Marves Ad Interim Erick Thohir menyatakan bahwa pemerintah Indonesia ingin terlibat aktif dalam menjaga lingkungan yang berkelanjutan dan mengejar target Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060.
“Saya senang dan bangga pada kesempatan ini kita meluncurkan dan menandatangani kerja sama antar pihak dalam menangani masalah perubahan iklim yang sangat terstruktur. Pemerintah Indonesia telah mengembangkan strategi penerapan kebijakan dekarbonisasi dan kemudian memastikan transisi energi yang lancar untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan sosial,” ujar Erick pada saat membuka sesi MoU Signing Session di Indonesia Pavilion COP28.
Erick memberikan apresiasi pada pihak-pihak yang berkomitmen penuh dalam mewujudkan dekarbonisasi di Indonesia. Ia berharap komitmen ini segera dapat diimplementasikan secara efektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menyatakan bahwa peluncuran program ini sejalan dengan roadmap transisi energi dan akan meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa pemanfaatan biomassa adalah bentuk nyata dari komitmen PLN untuk menciptakan energi yang lebih ramah lingkungan di tanah air.
“Kebijakan Co-Firing Biomassa intensif dilakukan di Indonesia sebagai langkah konkret dalam mereduksi emisi karbon guna mencapai target NZE di tahun 2060 atau lebih cepat. Co-Firing Biomassa juga memiliki peran yang vital dalam akselerasi transisi energi di tanah air,” jelas Darmawan.
Menurut Darmawan, Co-firing Biomassa bisa menjadi pilihan yang lebih hemat biaya dalam mempercepat transisi energi dibandingkan opsi lainnya. Hal ini dikarenakan Co-Firing Biomassa memiliki keunggulan Levelized Cost of Electricity (LCOE) terendah. Selain itu, penggunaan biomassa juga dapat mendorong perekonomian masyarakat lokal melalui pembukaan lapangan kerja yang masif dalam memproduksi biomassa. Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menjelaskan bahwa program biomasanya, yang dinamakan STAB, akan melibatkan langsung masyarakat tani dalam memproduksi limbah pertanian sebagai bahan bakunya. Berbagai limbah pertanian seperti sekam, jerami padi, bonggol jagung, bagasse, dan lain-lain, akan dimanfaatkan sebagai bahan baku STAB.
”Sebagai negara tropis dengan masyarakat agraris, kami melihat banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar agar lahan bersih kembali. Nah Kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa diutilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomi baru bagi para petani di Indonesia,” kata Iwan.
Iwan mengungkapkan bahwa PLN EPI sudah memanfaatkan STAB dari berbagai jenis limbah, seperti baggase tebu dan pelet tandan kosong kelapa sawit, sejak semester II 2023. Ia optimis bahwa kerja sama antara Kementerian dan BUMN dapat mendorong akselerasi penggunaan biomassa STAB secara lebih masif di masa depan. Dalam rangka mengejar target Co-Firing tahun 2025, PLN memperkirakan kebutuhan biomassa akan meningkat tajam sebesar 300%, yaitu sebanyak 10,2 juta ton untuk menyediakan 12,7 TWh energi bersih. Selain program STAB, MoU ini juga membahas program PERTIWI yang menggunakan limbah produksi pangan untuk menghasilkan biomassa dan akan dikembangkan sebagai program awal di Provinsi Riau.
Di wilayah Riau, terdapat sekitar 80 kilang sagu yang menghasilkan limbah berupa ampas dan kulit sagu dengan total lebih dari 200.000 ton per tahun. Sayangnya, selama ini limbah ampas sagu dibuang ke sungai, laut, atau ditimbun. Sedangkan kulit sagu hanya dibakar untuk pengering sagu dan arangnya dibuang.
”Oleh karena itu, melihat besarnya potensi STAB dan PERTIWI, PLN EPI optimistis bisa berkontribusi maksimal dalam upaya penurunan emisi, sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan karakteristik dan ke-khasan negara dan bangsa Indonesia,” tutup Iwan.
PT PLN EPI menandatangani MoU dengan beberapa mitra seperti PT Sinar Energi Utama, PT Elektrika Konstruksi Nusantara, PT Aswattha, PT Mentari Biru Energi dan PT Hartana Tamita untuk menjaga rantai pasok biomassa. Kerjasama ini dilakukan pada saat peluncuran program STAB dan PERTIWI.(ADV)