Bikin Terharu,Begini Curhat Perjuangan Dua Mahasiswi Merawat Lansia di Panti Werdha
Menjadi seorang perawat lansia memang tidaklah gampang karena membutuhkan kesabaran yang sangat ekstra dan jiwa yang tulus dalam melakukan pengabdian.
balikpapantv.co.id, SURABAYA-Tentu banyak kejadian atau kisah yang kita sering dengar tentang seorang anak kandung yang menelantarkan orang tua kandungnya atau bahkan menitipkannya ke panti jompo,alih-alih merawat dan mengurus orang tua kandungnya,sang anak sibuk dengan urusannya sendiri,padahal ada sebuah kalimat yang sering kali terdengar “Jangan Kamu Sia-siakan Orang Tua Kamu Selagi Masih Hidup”. Kali ini terdapat sebuah kisah yang membuat terharu dari dua orang mahasiswi yang sedang melakukan praktik lapangan di panti werdha yaitu Sisi Istiyana Dewi (23) dan Rulian Maya Vernanda (23),yang membagikan kisahnya menangani lansia-lansia setiap hari. Memang bukan perkara mudah,lantaran harus berjaga sepanjang hari, mereka berdua harus telaten dan sabar.
’’Kakek-nenek saya di Jawa Barat, sementara saya di sini di Jawa Timur, nggak bisa sering-sering ketemu. Jadi, saya membayangkan mbah-mbah di sini (panti werda) adalah mbah saya,’’ ujar pemilik nama lengkap Sisi Istiyana Dewi itu, yang sebulan ini menjalani praktik lapangan di Griya Werdha Jambangan, Surabaya.
Perjuangan mereka berdua setiap hari tak kalah besar, pasalnya bukan perkara yang mudah untuk membuat para lansia untuk terbuka dan bercerita. Sisi (23) melihat mayoritas para lansia di panti werdha merasa dibuang oleh keluarga mereka.Walhasil selain mengurus kebutuhan para lansia, Sisi harus pandai-pandai mengambil hati dan memancing obrolan.
’’Aku coba mengimbangi bahasanya, mengajak guyon juga biar mbahnya nyaman. Karena kalau hubungan saling percaya sudah tercapai, jadi lebih mudah melakukan perawatan,’’ ungkapnya.
Namun begitu, hidup bersama para lansia membuat Sisi memiliki segudang kisah berkesan.Baginya yang paling menyenangkan dan berkesan adalah saat melakukan permainan spin wheel atau permainan roda berputar.
Dalam permainan spin wheel para lansia yang dikumpulkan harus menjawab dari setiap pertanyaan yang berada di setiap bagian roda.
’Kebetulan di stase gerontik, saya mendapat penugasan terapi aktivitas kelompok seperti spin wheel. Itu bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan meringankan stres mbah-mbahnya,’’ jelas Sisi mahasiswi yang berasal dari Sidoarjo.
Rekan Sisi yang juga seorang mahasiswi, Rulian Maya Vernanda (23) dalam suatu momen sempat dibuat terharu oleh pasangan suami istri (pasutri) lansia di panti werdha tersebut. Suatu ketika sang istri yang sudah lansia dan termasuk dalam kategori lansia total care meminta untuk dipanggilkan sang suami. Sang suami pun berjalan dengan menggunakan tongkatnya menghampiri sang pujaan hatinya. Begitu bertemu sang istri, si suami dengan lembut mengelus rambut sang istri yang terbaring sakit sambil menggenggam tangan si istri dan dengan lirih berkata “ Yang sabar yobu, semoga cepat sembuh”.
Sang istri memang sudah lama sakit sehingga mengharuskan dirinya untk bed rest serta penglihatannya juga sudah mulai berkurang.
Ini yang membuat Vernanda menjadi terharu. “Terus, opa ngasih tasbih dan saputangannya. Sejak itu, oma selalu istigfar pakai tasbih itu sambil pegang saputangan opa. Mau nangis aku di situ,’’ ungkap Vernanda.
Vernanda pun melanjutkan kisahnya jika sang istri tidak mau disuapi oleh perawat, melainkan harus sang suami yang harus dating ke kamar dan menyuapi sang istri. “Salut banget, mereka saling menguatkan. Aku belum tentu bisa menyaksikan hal seperti itu di luar panti werda,’’ kenangnya.
Menjadi seorang perawat lansia memang tidaklah gampang karena membutuhkan kesabaran yang sangat ekstra dan jiwa yang tulus dalam melakukan pengabdian. Belum lagi ada stigma mengurus orang tua sangatlah susah karena saat memasuki fase penuaan manusia akan kembali bertingkah seperti anak-anak lagi,maka tidakhlah mengherankan jika profesi sebagai perawat lansia tidak banyak diminati oleh generasi mud ajika dibandingkan dengan profesi lainnya.
’’Ada yang bilang, satu ibu bisa merawat sepuluh anak, tapi sepuluh anak belum tentu bisa merawat satu ibu. Aku melihat sendiri itu terjadi waktu praktik di panti werda,’’ tutur Vernanda mahasiswa profesi keperawatan Universitas Hang Tuah Surabaya itu.
Sisi dan Vernanda yang merupakan rekan sekampus pun mengungkapkan jika selepas praktik lapangan di Griya Werdha Jambangan,mereka berkeinginan setelah lulus menempuh pendidikannya untuk menjadi perawat lansia.
’’Kadang memang kami capek, bosen kerjanya gitu-gitu aja. Tapi, kembali lagi, tujuan jadi perawat memberikan asuhan keperawatan yang psiko-sosio-kultural-spiritual secara holistik,’’pungkasnya.